Facebook

Tuesday, March 21, 2017

PENGHASILAN KURANG, BENARKAH?



Pengalaman dari mengajar ilmu finansial planning di beberapa daerah di Indonesia. Baik korporasi, publik maupun UMKM. Ada pelajaran penting yang bisa dipetik. 

Sebagian besar peserta datang dalam kondisi galau, stress, bingung, dan dengan emosi2 negatif lainnya. Rata2 pokok masalah terbesar yang dialami adalah banyaknya hutang yang membuat mereka terbelit. Serta pengeluaran yang jauh lebih besar dari pendapatan (besar pasak daripada tiang). 

Sahabat, dari banyaknya peristiwa demikian, dan hampir merata di setiap daerah. Sepertinya perlu dilakukan peubahan mental finansial secara besar2an di negeri ini. Setidaknya seperti itu menurut saya 😀. 

Bagaimana tidak. Mereka mengeluh, stress, dan bingung bahkan marah. Atas sesuatu hal yang umumnya dibuat oleh diri sendiri. Ya, umumnya mereka berhutang rata2 untuk gaya hidup. Pengeluaran yang lebih besar dari penghasilan, juga karena gaya hidup. 

Lihatlah, betapa mudahnya saat ini mendapatkan barang konsumtif. Dengan iming2 cicilan mudah, hanya 0%, dan rayuan manis lainnya. Alhasil, dengan tanpa pikir panjang, sederet barang konsumtif sudah tertata rapi di kereta belanjaan. Atau dikirim langsung ke rumah. Yeeaay, ciamik lah pokoknya
😁😁. 

Senangnya punya barang baru. Pandang sana sini, belai sana sini. Dan pastinya membuat dimata sosial, kita 'terlihat' lebih sejahtera. Sampai, datanglah tagihan2 yang menjadi momok sebagian besar orang berhutang. Mulai dari tanggal muda sampai tanggal tua, berderet jatuh tempo pembayaran, tanpa jeda. 

Lucunya setelah itu, banyak yang mencari kambing hitam dari masalah yang terjadi. Mulai dari menyalahkan kantor yang kurang kasih gaji. Sampai salahkan tukang jualan di pasar, karena jual cabe dan sayurnya mahal semua. Hehehe 😁😁

Sahabat, yuuk kita pikirkan kembali berdasarkan peristiwa yang telah terjadi. Benarkah, penghasilan kita kurang? Benarkah perusahaan zalim pada karyawan? Benarkah barang2 kebutuhan yang terlalu mahal? Benarkah pemerintah kurang tanggap pada kesejahteraan rakyatnya? Benarkah? 

Atau jangan2... 
Bisa jadi, penghasilan kita sebenarnya lebih. Jika kita bisa mengaturnya. Memprioritaskan kebutuhan ketimbang keinginan. Bisa jadi, barang yang telah kita beli dengan berhutang itu, hanya sekedar memuaskan keinginan. Bisa jadi, jika kita bisa menahan nafsu belanja dan jalan2, kita pasti bisa menabung lebih banyak. Ya, bahkan kita bisa berinvestasi untuk masa depan kita. Bisa jadi. 

Itu terbukti, dari pengalaman melakukan private financial check up. Beberapa klien datang karena bermasalah hutang dan atau kelebihan pengeluaran. Setelah dicek selama kurang lebih 3 jam saja. Ternyata banyak dari mereka yang 'harusnya' bisa saving atau mempunyai kelebihan penghasilan. Mulai ratusan ribu hingga jutaan rupiah!! Waaaw.. 😱

Baiklah, sahabat. Mungkin sudah waktunya kita menata kehidupan. Menata keuangan, menata mindset. Menilai diri sendiri, secara obyektif, tanpa emosi. Lihatlah, apakah kita betul2 kekurangan. Atau jangan2 kita hanya 'merasa' kekurangan? 

Hati2 dengan berucap. Janganlah berkata tidak punya. Atau berkata hidup kita penuh kerugian, penuh kesulitan. Padahal keadaan ekonomi kita berlebih. Rumah ada, kendaraan ada, gaji ada, perhiasan punya. Hidup dengan berbagai fasilitas. Masih mampu berucap tidak punyakah? Kekurangankah? Merugikah? 

Bisa jadi, kita hidup sulit bukan karena kekurangan kita. Namun kita membuat standar hidup senang, pada batas KEINGINAN TANPA BATAS. Ya, keinginan! Bukan kebutuhan. 

Sedangkan nun jauh disana. Ada sebagian kecil manusia yang memang betul2 kekurangan. Bahkan untuk makan sehari2 pun tidak terpenuhi. Jadi, sekali lagi, yuk kita berpikir dengan jernih. Apakah kita benar2 kekurangan? 

Begitulah. Pengalaman ini, telah memberi banyak pembelajaran. Lebih fokus untuk menilai diri. Menilai bahwa kekurangan yang kita alami, bisa jadi hanya BIAS. 

Karena sesungguhnya, bisa jadi kita tidak kekurangan. Melainkan hanya RASA SYUKUR YANG HILANG, TAK TERUCAP...... 
Wallahualam

Salaam, 

Reni. K. Ashuri
Sharia Financial and Business Coach

#konsepbersyukur
#undesperatehousewifejurus2
#hartaadalahpokokperkaradiakhirat
#hartaadalahujian
#hartaadalahamanah
#hidupzuhud

0 Comments:

Post a Comment