Facebook

Monday, February 13, 2017

Prinsip Ekonomi Kekinian

Masih ingat apa itu Prinsip Ekonomi? Ya betul, Prinsip Ekonomi adalah usaha untuk mendapatkan hasil tertentu dengan pengorbanan yang sekecil mungkin. Atau definisi lainnya yaitu suatu usaha atau tindakan dalam mendapatkan kepuasan kebutuhan tertentu dengan pengorbanan yang seminim mungkin‎.

Sekali lagi, singkat kata Prinsip Ekonomi dapat diartikan mendapatkan profit sebesar-besarnya dengan ‎modal seminimal mungkin. Hmm, apakah prinsip ini masih relevan dan kekinian dijaman sekarang?

Prinsip Ekonomi diatas sejatinya adalah prinsip ekonomi kapitalis yang berhasil menyusup masuk ke Indonesia melalui VOC Belanda sejak tahun 1602. Prinsip yang saat ini di dunia barat sudah mulai ditinggalkan karena terbukti prinsip kapatalisme membuat sistem perekonomian negara dan korporasi kolaps berguguran.

Dari sisi lain, prinsip ekonomi kapitalis sebenarnya bertentangan dengan hukum alam. Hukum Newton menyebutkan dalam untuk setiap gaya aksi, akan selalu terdapat gaya reaksi yang sama besar dan berlawanan arah. Artinya untuk mendapatkan reaksi maka diperlukan sejumlah aksi yang setara nilainya. Jika gaya aksi yang diberikan adalah 10 maka akan menghasilkan gaya reaksi 10.

Secara spiritual, sudah menjadi janji Allah SWT dalam Al Quran, bahwa Allah SWT akan mengganjar setiap kebaikan 10 sampai ratusan kali lipat. Jika kita memberikan kebaikan 10 maka akan diganjar 10 kali lipat atau 100, bahkan lebih.

Jika hal ini kita hubungkan hal ini dengan bisnis, maka bisnis yang penuh keberkahan dan sustainable adalah bisnis yang dijalankan dengan kesetaraan dan azas manfaat. Bisnis yang tidak hanya mendapatkan Profit, namun juga menghasilkan Benefit.

Bisnis yang terlihat menguntungkan dengan iming-iming profit yang luar biasa tanpa effort atau usaha yang setara, maka bisa jadi menggunakan prinsip ekonomi kapitalis, alias masih menggunakan cara-cara kuno yang gak kekinian. Tidak juga menjadi masalah jika Anda tetap akan menggunakan cara-cara kuno, namun tentu ada resikonya, baik resiko di dunia maupun di akhirat nanti.

Berbisnislah tanpa ada unsur keraguan saat menjalankannya, tanpa mendzalimi orang lain yang bisa jadi kita lakukan tanpa sadar dengan sistem bisnis tersebut. Dan yang terpenting adalah carilah ilmu yang cukup sebelum memulai bisnis atau berdagang. Teruslah belajar, agar terhindar dari celaka.

Sesuatu yang dilarang tentu ada unsur keburukan bagi kita, dan sesuatu yang diperintahkan selalu ada kebaikan bagi kita juga. Sudah ada rambu-rambunya, kita tinggal mentaatinya jika kita beriman. Peraturan itu ada supaya kita selamat, itu aja sih, simpel.

Gunakan prinsip ekonomi yang kekinian, yaitu prinsip ekonomi penuh keberkahan.

Wallahualam.
Salam Sukses Penuh Keberkahan
Reni K. Ashuri
Business Coach & Financial Planner

Jual Beli Dengan Rela

Sahabat,pernahkan suatu ketika, melakukan suatu transaksi perdagangan atau jual beli dalam keadaan terpaksa?

"Iya, saya terpaksa beli nih, soalnya gak enak, kan dia tetangga, depan rumah pula".

Ada pula yang seperti ini : "Sebenernya sih gak mau beli, tapi terpaksa deh beli. Habis, pusing. Dia nawarin terus gak ada capeknya. Beli ajalah, biar diem".

Atau dalam kasus menjual: "Saya terpaksa jual mobil ini kepadanya, karena dia sodaraku Enggak enak kalau menolak. Padahal saya tau, dia membeli mobil ini dengan harga yang jauh lebih murah dari harga pasar, yang seharusnya saya bisa dapat lebih banyak".

Sahabat, jika hal ini pernah terjadi, maka untuk selanjutnya berhati-hatilah dalam memutuskan membeli atau menjual sesuatu. Karena salah satu syarat syah jual beli (dari 7 syarat sah jual beli dalam Islam) adalah saling ridho/saling rela (suka sama suka) diantara penjual dan pembeli.

Alloh berfirman (yang artinya) : "Hai orang2 yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu". (An Nisaa: 29).

Ya, suatu jual beli atau perdagangan, menjadi tidak sah bila ada ketidak relaan dari salah satu pihak. Harus saling rela, diantara keduanya. Dan hal ini mutlak keabsahannya.

Dan bila transaksi jual beli yang kita lakukan tidak sah, maka tidak sah pula pemindahan kepemilikan dari penjual dan pembeli. Artinya, barang yang kita beli dan miliki adalah sejatinya bukan milik kita, melainkan masih merupakan milik orang lain.

Nah, kebayang ya, betapa konsekwensi 'saling rela' ini menjadi sangat penting. Karena tujuan akad jual beli sendiri adalah pemindahan kepemilikan dari penjual ke pembeli. Sehingga barang tersebut menjadi boleh dimiliki, digunakan, dan dapat dikuasai oleh pembeli.

Jika saat ini masih ada barang yang sudah kita miliki, namun sebenarnya belum rela kita saat membelinya, kembalikanlah. Atau, berusaha ikhlaslah untuk merelakannya. Agar terjadi keberkahan dalam perdagangan yang telah kita lakukan, dan tidak ada dosa di dalamnya.

Saat ini, mulailah untuk jujur pada diri sendiri dalam bertransaksi. Hindari terjadinya pemaksaan atau keterpaksaan.

Jika memang kita tidak suka, maka tolaklah, dengan cara yang halus tentunya. Jelaskan dengan alasan apapun. Yang tidak menyakitkan hati penjual atau pembeli. Insya Alloh dengan cara yang baik dan niat yang baik, jalinan silaturahim akan tetap terjaga. Aamiin, Insya Alloh.

Lalu, apa saja syarat sah jual beli lainnya selain 'saling rela'? Insya Alloh akan kita bahas dalam artikel2 selanjutnya yaa... ☺

Selamat bertransaksi, sahabat. Semoga selalu diberikan kemudahan dan jalan keberkahan. Dalam setiap aktifitas lini kehidupan, Aamiin Ya Robbal 'aalamiin... 

Wallahuaalam
Reni K. Ashuri
Sharia Financial and Business Coach

#nahlacoachingfirm
#tujuhsyaratsahjualbeli
#fikihmuamalah

Thursday, February 9, 2017

Business Purpose, Niat Berbisnis



Seperti halnya saat menikah, tentu Anda memiliki niat baik yaitu untuk saling membahagiakan meraih kesejahteraan bersama pasangan dan keluarga apapun kondisinya. Niat yang luhur dan kuat itulah yang akan mempertahankan kehidupan rumah tangga dan menghebatkan keluarga sampai kapanpun, apapun kondisi dan cobaan yang menerpa.

Demikian juga saat membuka dan memulai bisnis. Apa niat luhur Anda? Apa BUSINESS PURPOSE Anda menjadi pebisnis atau business owner?

Hanya sekedar ikut-ikutan tren? supaya terlihat mandiri, keren dan kekinian? sekedar nambah pendapatan atau cuma bisnis sampingan tanpa usaha untuk menumbuhkan, yang penting bisnis berjalan?

Atau ada Visi-Misi-Value luar biasa dibalik niat Anda berbisnis? ingin memberdayakan masyarakat, memiliki bisnis yang long lasting dan dapat diwariskan ke anak cucu? atau niat luhur lainnya.

Meski terkesan klise, ternyata Business Purpose inilah yang akan mempertahankan bisnis. Visi Misi dan Value dari bisnis yang jelaslah yang akan membuat bisnis menghebat dan bertumbuh luar biasa.

Sudah banyak contoh perusahaan dunia dan lokal yang mampu bertahan hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Dan ada kesamaan pada perusahaan tersebut yaitu kekuatan Business Purpose saat bisnis didirikan/dimulai oleh pemilik bisnis. Kejelasan Visi Misi dan Value yang dipahami dan diyakini oleh seluruh karyawan lah yang mampu membakar semangat dan tumbuhnya inovasi. Mampu keluar dari kesulitan dan masalah yang merintang, dan kembali bersinar.

Lalu apa Business Purpose Anda? Sudahkah Visi, Misi, dan Value terdefinisi dengan jelas dan tersampaikan kepada seluruh team?

Atau justru belum terpikirkan? Belum tahu cara menyusun Business Purpose dan menetapkan Visi, Misi da Value bisnis?

Jika uraian diatas Anda anggap penting bagi keberlangsungan bisnis, maka temukan jawabannya di Workshop #PunyaBisnisKece Bogor 3-5 Maret 2017. Info detail silahkan cek di http://bit.ly/punyabisniskecebogor

Semoga bermanfaat.

Salam Sukses Penuh Keberkahan,
Reni K. Ashuri
Business Coach & Financial Planner

Nahla Coaching Firm

Wednesday, February 8, 2017

UUD Ujung Ujungnya Duit


Sebuah bisnis pada akhirnya harus menghasilkan profit atau keuntungan. Dan keuntungan dari sebuah bisnis biasanya diukur dengan PERTUMBUHAN FINANSIAL (baca: duit).
Bisnis harus PROFIT supaya bisnis bisa BERTUMBUH dan MEMBERIKAN MANFAAT. Bahkan bagi bisnis nirlaba-pun ada cost atau biaya yang harus diusahakan agar bisnis tetap berjalan. Pada akhirnya semuanya membutuhkan duit alias ujung-ujungnya duit.
Realitas finansial yang terjadi pada bisnis yang berjalan dibawah 5 tahun yaitu:
1. omset meledak tapi KANTONG CEKAK
2. dagangan laris tapi MODAL HABIS
3. bisnis untung tapi GAK BISA NABUNG
Bahkan tidak sedikit bisnis yang telah berjalan diatas 5 tahun pun mengalami kondisi seperti diatas.
Lalu apa penyebabnya?
Tidak lain tidak bukan, penyebabnya sangat klasik, yaitu TERCAMPURNYA keuangan bisnis dengan keuangan pribadi. Hal yang hampir selalu terjadi pada bisnis mikro dan kecil. Maklumlah di kalangan pebisnis ini, masih jarang dilakukan pencatatan terhadap keuangan.
Semuanya SERBA DARURAT, uang bisnis dipakai untuk kepentingan pribadi/keluarga dan sebaliknya uang pribadi dipakai modal bisnis, TANPA PENCATATAN.
Penyebab lainnya adalah pengambilan modal bisnis tanpa perencanaan, yang mengakibatkan HUTANG yang tak kunjung usai. Gali lubang tutup lubang. Omset bisnis habis bahkan minus untuk membayar hutang.
Apabila hal ini terjadi terus menerus, maka bisnis sulit untuk tumbuh dan tidak akan terlihat hasilnya. Sulit mendapatkan dukungan finansial dari pihak luar, karena tidak adanya laporan keuangan. Sehingga bisnis akan berjalan ditempat bahkan bisa gulung tikar.
Jika hal diatas juga Anda alami selama ini, dan Anda ingin mendapatkan tips solusi yang sederhana serta mudah diaplikasikan dalam bisnis, maka temukan dalam:
Workshop Strategi Bisnis #PunyaBisnisKece
Tanggal 3-5 Maret 2017
Hotel Olympic Renotel, Sentul Bogor.
Dapatkan PROMO SPECIAL untuk pendaftaran sampai dengan 14 Februari 2017. Info lebih lanjut dapat disimak di bit.ly/punyabisniskecebogor
Event ini persembahan Nahla Coaching Firm khusus hanya bagi Anda yang serius ingin MAU dan MAMPU menumbuhkan bisnis dengan dasara perencanaan keuangan yang lebih baik.
Salam Sukses Penuh Keberkahan,
Reni K. Ashuri