Facebook

Friday, March 31, 2017

Setitik Nila Dalam Bisnis

Saat nilai positif (value) dalam perusahaan sudah terbentuk, pastikanlah bahwa nilai2 tersebut istiqomah untuk dijalankan, oleh owner bersama tim. Karena nilai positif jika dijalankan dengan istiqomah, akan menjadikan prilaku seluruh tim akan menjadi positif. 

Jika prilaku positif sudah tertanam dalam diri setiap individu, maka culture/budaya perusahaan yang positif akan tercipta. Dan culture positif akan mendorong performance sebuah perusahaan menjadi semakin positif, sehingga result positif juga akan tercapai. Insya Allaah. 

Jagalah nilai perusahaan kita agar tidak 'tercemar' dengan nilai baru yang datang, dan tidak sesuai dengan nilai yang telah ditanamkan. Karena nilai baru tsb akan menjadi setitik nila, yang akan merusak seluruh susu dalam belanga....

*karena nila setitik rusak susu sebelanga.... 

#valuecreation
#valuebydesign
#lombokvaluealigmentsession

Negeri Seribu Instan



Bukan Indonesia namanya, jika (mayoritas) rakyatnya menyukai sesuatu yang terencana. Ya, di negara ini hampir semua rakyatnya, maunya serbaaaa instan! 

Mau makan, cari yang instan. Mau cantik, cari yang instan. Mau sehat, cari pengobatan instan. Nggak peduli apakah yang instan2 itu baik atau tidak untuk dirinya. Yang penting cepet tersaji, cepet cantik, cepet sehat. Kalo perlu, lakukan sekarang, daaaan...'eng ing eeeng'... saat ini juga bisa terlihat hasilnya. Waaaw! 😱😱

Bisnis pun tak luput dari proyek instan. Baru buka usaha, udah mau dapet untung, GEDE lagi maunya, hehehe... 😀😀. Pengen cepet balik modal. Pengen cepet bisa 'financial freedom'. Kalo perlu tinggal tunjuk tangan, sim salabim!! Duit udah ajeg di pundi2 yang disiapkan. Azzzeeeek.. 😀😀

Begitu pula jika terjadi hambatan bisnis. Maunya cari konsultan instan. Konsultan yang langsung bisa meroketkan omzet. Makin meyakinkan untuk memberikan janji hasil yang cepat, maka makin dicarilah jasa konsultan itu. Tak peduli, dengan cara bagaimana, yang penting bisa memberikan hasil secepat kilat! Dhuaarrr!! ⚡⚡⚡

Dan masih banyak lagi hal2 yang serba instan lainnya. Lihatlah berbagai promo untuk iklan produk dan jasa. Berlomba2 menarik pembeli dengan iming2 layanan serba 'instan'. Hingga rasanya pantas jika  negeri ini mendapat sebutan 'Negeri Seribu Instan'. Begitu paling tidak menurut saya, hehe 😎😎

Ya, budaya instan. Budaya 'ujug-ujug'. Atau budaya 'mak bedhundhuk', kata orang jawa bilang 😀😀. Budaya berpikir cepat, yang terkadang tak disertai rasionalitas. Apapun harus cepat, demi memenuhi hasrat hati merasa puas. 

Duhai sahabat, apakah gerangan yang dilupakan di negeri ini? Mungkin kita lupa, bahwa hidup yang kita miliki ini melalui sebuah proses. Dan kita mungkin lupa, bahwa kita perlu waktu, perlu kesabaran dalam menjalani proses tersebut. 

Alam ini pun diciptakan Allaah, dengan sebuah proses. Bukan dengan 'ujug2', seketika alam semesta ini ada. Bumi, langit dan benda semesta lainnya, diciptakan melalui sebuah proses, yang tidak sebentar, bahkan butuh ribuan tahun! Dan kita, sebagai manusia, juga tak luput dari sebuah proses. Ya, sebuah proses penciptaan. Mengalami sebuah proses tumbuh kembang. Dari janin hingga saat ini kita dewasa. 

Dan, sadarilah sahabat, bahwa apa yang kita dapatkan hari ini, adalah hasil dari proses yang telah kita jalani selama bertahun2. Bukan dari hasil sesaat. Bukan dari hasil kerja kita kemarin sore, atau minggu lalu. Apa yang kita tanam, itulah yang kita petik. 

Dan, saat kita ingin mengubahnya menjadi hasil berbeda. Ingin berbuah hasil yang 'cetar' seperti yang kita inginkan. Namun tanpa mau ada perubahan proses yang kita harus jalani. Tanpa berpikir, bahwa jika ingin 'berbuah' baik maka kita harus menanam bibit yang baik, perawatan yang baik. Sementara kita hanya ingin semua berubah seketika, tanpa melalui proses??!! Whoalaa, perfecto!! 👌👌👌

Duhai, sahabat. Apa gerangan yang membuat kita selalu tergesa-gesa? Selalu ingin terburu2 untuk cepat mendapat hasil? Padahal bisa jadi, kita belum merencanakan tujuan dengan jelas. Belum mengerjakan perubahan dengan maksimal. Belum melakukan perubahan itu secara istiqomah dan terus menerus. 

Ketahuilah, sahabat. Sifat tergesa2 atau terburu2 itu, adalah sifat tercela dan dilarang dalam agama Islam. Rasulullah bersabda : Tergesa-gesa adalah termasuk perbuatan setan" (HR Tirmidzi). Ya, Islam sangat menganjurkan umatnya untuk selalu tenang, sabar, dan dalam perencanaan yang baik. Bukan dengan ketergesa2an. Karena hal ini hanya akan menimbulkan banyak penyesalan, kekecewaan dan keputusasaan, dikemudian hari. 

Mulailah membangun sesuatu dari pondasi yang kuat. Bukan langsung naik ke 'atap'. Apa jadinya jika sebuah bangunan yang langsung membangun tiang atau atapnya, tanpa pondasi yang kuat? Ya, tentu, bisa saja bangunan itu berdiri. Namun tinggal menunggu waktu, kapan bangunan itu roboh, bukan? 

Nah, sahabat, begitu pula dengan bisnis ataupun hal2 lain dalam hidup kita. Mulailah dari perencanaan yang baik. Bangun tahap demi tahap secara istiqomah. Insya Allaah, hasil yang terbuat dari proses yang baik, akan membawa hasil yang baik pula.

Yuk, mulai saat ini kita mulai merencanakan segala hal dengan baik. Tenang dan sabar dalam menjalaninya. Jangan lupa untuk selalu berdoa, dan  berprasangka baik pada Allaah. Semoga, Allaah selalu memberikan kekuatan kita. Agar istiqomah dalam melakukan semua rencana, atas nama ibadah. Dan semoga Allaah meridhoi apa yang telah kita kerjakan, Aamiin Ya Robbal 'aalamiin. 

Salaam penuh keberkahan, 
Reni. K. Ashuri
Sharia Financial and Business Coach

#biasakanberpikirproses
#sabardalamberproses
#adaprosesdalambisnis
#sabardalamberbisnis
#prosesmenujukebaikan

Tuesday, March 21, 2017

Alkisah di sebuah pertemuan


Disaat mbak cantik, seorang istri pejabat sukses, asik bercerita, berceloteh tentang sepatu yang baru dibelinya, seharga hampir sepuluh juta rupiah, dengan mata yang berbinar2 dan hati yang berbunga2 bahagia...😍😍
Disaat itu pula mbak ayu, yang hanya seorang pekerja freelance pabrik kue rumahan, bergaji kurang dari UMR, menafkahi ibu dan ketiga adiknya, mendengarkan semua celotehan itu, dengan mata yang sendu dan hati yang berusaha menahan pilu ... 😞😞

#hadirkanempatidalamsanubari
#berbicaramelihatkeadaan
#hartaadalahpokokperkaradiakhirat
#hartaadalahujian
#hartaadalahtitipan
#belajarhidupzuhud
#terinspirasidarikisahnyata

Saya dan Hujan



Nama saya Reni... 
Dulu waktu mbah Uti masih ada, selalu memanggil saya dengan sebutan 'Rain' . Kata beliau, namaku sebenarnya adalah, Rainy (baca : Reini, di-Indonesiakan jadilah Reni, Red) . Ya, Rainy yang artinya hujan, dalam bahasa Inggris, tentunya. 

Alasannya (masih kata mbah Uti, mama, juga om) sewaktu saya lahir, kondisi saat itu hujan supeeer lebat. Padahal sebelumnya, Jakarta dilanda kemarau panjang selama hampir setahun lamanya. 

"Raiiin! ", begitu selalu beliau (mbah Uti, Red) memanggil. Saat kecil, saya 'nggak suka banget' dengan panggilan itu. Karena bagi saya, terdengar seperti kebarat2an, kelondo2an, gituloh. Padahal saya kan anak kampung. Ya, kampung kelahiran saya di Tanjung Barat, Pasar Minggu. Hidup dan terdidik di lingkungan Betawi asli. Dan dulu (namanya juga bocah) akan jadi bahan olok2 kalau nama kita kebarat2an seperti itu. Intinya, 'sebel banget deh' , dikasih nama ini. 

Sampai suatu saat, saya belajar  tentang arti hujan, dalam pelajaran agama di sekolah. Dalam Islam, hujan merupakan salah satu perkara terpenting bagi kehidupan makhluk hidup di muka bumi. Ia (hujan, Red) merupakan sebuah prasyarat bagi kehidupan, tidak hanya manusia, tapi untuk semua makhluk.

Mempelajari dan memahami dari sisi agama yang saya yakini. Dari yang semula 'nggak suka', saya mulai bersyukur dengan nama yang diberikan oleh keluargaku. Mengubah cara pandang dari sudut yang berbeda. 

Yang tadinya memandang negatif, menjadi positif. Ternyata, nama tersebut, punya arti yang sangat baik. Bahkan sesuatu yang selalu diminta oleh manusia, yaitu hujan sebagai berkah atau rejeki. 

Memang, terkadang kita sebagai manusia, sering memandang sesuatu hal dari satu sisi saja. Dan akan menjadi tidak baik, jika sisi tersebut adalah sisi pandang negatif. Padahal, jika kita lebih bijaksana, banyak hal yang tidak kita sukai, memiliki hikmah yang baik untuk diri kita. Jika kita memandang dari sisi pandang yang positif. 

Contohnya, sering kita berpikir sesuatu adalah musibah, atau sesuatu itu  buruk. Padahal bisa jadi, musibah tersebut adalah sarana ujian praktek untuk kita, untuk bisa naik tingkat, ke level kehidupan yang lebih tinggi. Ya, Allaah selalu punya rencana yang terbaik untuk hambaNya untuk menjadi lebih soleh dan solehah. Namun seringkali kitalah yang tidak menyadarinya. 

Begitulah. Dengan nama ini. Rainy=Reini=Reni, yang artinya hujan. Jika kita lihat sebagai sisi negatif. Hujan adalah pembawa banjir dan longsor, penghalang rencana untuk bepergian, pembuat becek jalan dan pasar2, harga sayuran mahal karena banyak yang busuk. Dan hal2 buruk lainnya, akibat adanya hujan. 

Padahal, dari sisi pandang agama yang positif, betapa hujan itu adalah anugrah. Hujan adalah rejeki dari Allaah. Hujan memiliki peranan penting bagi semua makhluk hidup, termasuk manusia. Hujan adalah sumber kehidupan makhluk. Karena hujan adalah sumber air yang diciptakan dan diturunkan Allaah, untuk kehidupan makhlukNya. 

Allaah berfirman dalam Al-Qur'an : "Dan Kami turunkan dari langit air yang penuh keberkahan lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam." (QS: Qaaf (50) : ayat 9). 

Sejatinya hujan adalah suatu kebaikan. Hujan adalah suatu sumber kehidupan. Namun karena ulah manusialah yang merusak alam, maka hujan menjadi bencana, bagi manusia itu sendiri dan bahkan makhluk lainnya. 

Rasulullaah pun bersabda, dari riwayat Muslim: dari 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha, "Dan apabila beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam melihat hujan, beliau membaca: RAHMAH (ini adalah rahmat). " (HR. Muslim)

Hal kebaikan lain saat hujan, adalah waktu yang mustajab, untuk berdoa. Sabda Rasulullaah : 
"Carilah pengabulan doa pada saat bertemunya dua pasukan, pada saat iqamah shalat, dan saat turun hujan." (HR. Al-Hakim). 
So, berdoalah sebanyak2nya saat hujan. Insya Allaah, doa kita akan dikabulkan, Aamiin. 

Baiklah. Just be positive. Semoga, dengan doa dan harapan dalam sebuah nama. Akan membawa diri ini untuk lebih bermanfaat. Bagi diri, keluarga, masyarakat, ummat, serta agama. Sebagaimana hujan, yang akan selalu menjadi rejeki, rahmah dan berkah untuk umat manusia dan makhluk lainnya di dunia, Aamiin Yaa Robbal 'Aalamiin. 

Wallahualam
Reni. K. Ashuri
Sharia Financial and Business Coach

#carapandangpositif
#sebuahcatatansaatturunhujan
#hujanadalahberkah
#terimakasihuntuknamayangbaik
#coretanceritamasakecil

Aku Tau Ini Salahku


Ya Allaah.. 
Jika saat ini aku selalu dirundung sedih dan duka
Aku tau, ini salahku... 
Aku hanya berpikir masalah dan masalah yang datang padaku
Lupa, bahwa betapa nikmatMu yang lain untukku, tak terhingga... 

Ya Allaah... 
Jika aku saat ini terjebak dalam berbagai kesulitan hidup
Aku tau, ini salahku...
Aku merasa perbuatanku baik saat ini, karena telah hijrah padaMu... 
Lupa, bahwa perbuatanku dahulu penuh lumpur dan hina

Ya Allaah... 
Apabila doaku padaMu tak kunjung Kau kabulkan
Aku tau, ini salahku... 
Aku merasa setiap doa yang kupanjatkan, wajib Kau penuhi
Lupa, bahwa aku belum mengagungkan namaMu... 
Dan lupa, bahwa tidak semua hal yang ku inginkan itu, akan baik untukku

Ya Allaah...
Jika Kau anggap diri ini masih hina dan terlalu banyak dosa
Aku tau, ini salahku... 
Aku merasa telah banyak berbuat kebajikan dan mengumpulkan pahala dariMu
Lupa, bahwa terkadang semua lenyap karena niat yang tak tulus untukMu

Ya Allaah...
Jika ada musibah yang terjadi sampai hari ini menimpaku
Aku tau, ini salahku.... 
Namun selama ini pula aku menyangkalnya, mencoba mengingkarinya, dan meletakkan kesalahan itu pada ciptaanMu yang lain... 

Ya Allaah... 
Aku tau aku harus mohon ampun padaMu, bersujud padaMu, dan tak lepas menyebut namaMu... 
Namun aku hanya seorang hambaMu yang penuh dengan kealpaan, yang selalu lupa dan lupa... 

Ya Allaah... 
Jauhkan aku dari kebanggaan menjadi seorang muslim
Namun tak sungguh2 beriman padaMu
Teguhkan imanku, agar selalu berada di jalanMu...
Luruskan setiap langkahku, hati sanubariku, jiwa dan ragaku.... 
Kuatkan dan sanggupkan aku, untuk selalu yakin dalam menapak disetiap tangga ujianMu...

Ampuni aku, Ya Allaah.... 
Aku tau, ini salahku..... 

RKA, 210317

#haripuisisedunia2103
#dalampuisiakuberdoa
#puisiislami

Tua Pasti Dewasa Pilihan

"Tua itu pasti, dewasa adalah pilihan"........

Begitu kita sering membaca ataupun mendengar kata bijak ini. Ya, begitulah. Bahwasanya setiap manusia di dunia ini, yang masih diberikan usia oleh Allaah, akan merasakan fase menua. Dan biasanya fase mulai menua tsb adalah fase menginjak usia 40 tahun ke atas. 

Dan, tua adalah pasti. Walau secanggih apapun perlakuan manusia untuk menahan fase menua secara fisik, namun tidak ada hal yang bisa menahan bertambahnya usia seseorang, bukan? 

Sejatinya Islam memandang bahwa usia 40 tahun merupakan fase kesempurnaan berfikir. Di usia ini 'seharusnya' seseorang mampu bertindak dengan pertimbangan yang matang, serta mampu menjaga emosi. Dan mereka dianjurkan untuk tetap produktif serta berkarya sampai ajal menjemput. 

Tentang usia 40 tahun, seorang Sufi dan Ulama besar Islam, Ibnu Atthaillah, memberi nasihat bijak: "Jika usiamu menginjak 40 tahun maka segeralah untuk memperbanyak amal soleh, siang dan malam. Sebab waktu pertemuanmu dengan Allaah akan semakin dekat". 

Imam Al Ghazali pun berkata tentang usia 40 tahun ini: "Usia 40 tahun adalah sebuah pertanda atau sebuah isyarat. Yaitu sebuah ikhtisar masa depan. Jika di usia itu KEBAIKAN lebih MENDOMINASI, maka itu sebuah PERTANDA BAIK untuk kehidupannya nanti. 

Tafsiran Imam Ghazali tsb dimaknai bahwa apa yang sudah menjadi KEBIASAAN (HABIT) pada usia 40 ini, akan sulit diubah pada usia2 sesudahnya. Jika di usia ini masih melakukan hal2 yang negatif penuh kemaksiatan (spt: berzina, berjudi, dll), kezaliman (spt: berdusta, menyakiti, melalaikan hak orang lain, dll), sulit beribadah (spt: sholat susah, puasa bolong, malas belajar/mengaji, sedekah sulit, dll). Maka dipastikan akan sulit pula untuk berhenti dari kebiasaan2 negatif tersebut. Naudzubillaah. 

Sahabat, yuk kita bersiap menghadapi masa tua, yang pasti akan datang. Semoga saat masa itu tiba, kebaikanlah yang mendominasi kehidupan kita. Sehingga untuk masa2  usia selanjutnya kita mampu menjadi lebih baik. Lebih dewasa dalam berpikir dan dalam bertindak. MENJADI TELADAN untuk anak2 kita, keluarga kita, serta untuk ummat dan generasi mendatang. Insya Allaah, Aamiin Yaa Robbal 'aalamiin... 

Wallahu' alam
Reni. K. Ashuri
Financial and Business Coach

#cuplikanbukuundesperatehousewife
#usia40tahundalamislam
#tuaitupastidewasaadalahpilihan
#mempersiapkanmasatuadenganakhlaqpenuhkebaikan

Manajemen Hutang Islami

Salah satu cara untuk melunasi hutang riba adalah SEGERA AMPUTASI ASET berharga yang dimiliki. Aset berharga bisa berupa properti, kendaraan, perhiasan, surat berharga, dll. Namun pada kenyataannya, yang sering terjadi adalah adanya itung2an untung rugi saat menjual aset tsb.

Sahabat, jangan pernah takut merugi jika harus menjual aset dibawah pasaran. Yang menjadi poin penting adalah secepatnya mencairkan aset tersebut. Dan segera menutup hutang riba! 

Itung2an justru akan membuat terlalu lama eksekusi aset itu terjadi. Sehingga hutang riba tersebut menjadi terus tertunda untuk dilunasi. 

Jika masih menunda2 dan menunggu harga yang pantas hingga tidak merugi banyak saat aset itu  terjual, maka pertanyaannya adalah :

Apakah kita punya 'waktu' yang cukup? Apakah yakin kita masih tetap 'ada usia' , saat aset itu terjual dengan harga yang diinginkan?
Bagaimana jika hutang riba belum tertutup, sedangkan 'waktu' kita sudah tiba? Apakah kita sanggup menanggung resiko dan bertanggung jawab dihadapan Allaah? 

Sahabat, kuatkan niat dalam menutup hutang2 riba. Berdoa kepada Allaah untuk dikuatkan, dan diberi kesanggupan untuk melakukannya. Setelah itu segera berbuatlah. Action. Jangan banyak berkalkulasi.
Yakinlah bahwa Allaah selalu ada, untuk hambanya yang benar2 berjuang dijalanNya, Aamiin, Insya Allaah. 

*Sharing kelas dengan tema Manajemen Hutang Islami, akan kami jadwalkan kemudian. Langkah menutup hutang bermasalah, adalah salah satu materi yang akan dibahas di kelas ini. Stay tuned untuk info tempat waktunya ya prens...☺☺*

Reni. K. Ashuri
Sharia Financial and Business Coach

#manajemenhutangislami
#hutangadalahperkaraduniadanakhirat
#janganbanggadenganberhutang
#yukkitastophutangriba

Habit Baik untuk Hasil Baik

"Tanamlah gagasan, petiklah tindakan. Tanamlah tindakan, petiklah kebiasaan. Tanamlah kebiasaan, petiklah watak. Tanamkan watak, petiklah nasib"

Itu kata orang bijak.... 

Dan Allaah pun berfirman (yang artinya): "... Sesungguhnya Allaah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri... " (Al Qur'an Surat Ar-Rad ayat 11).

Hmmmm... Jadi mikir... Maka kalau mau mengubah nasib, yang harus diubah adalah gagasan/mindset/value diri dong yaa...

Mau berubah nasib menjadi lebih baik, tapi gak mau berubah mindset dan value diri, menurut loe ??? Hehe....
Happy weekend, sahabat 😀😀😀

#berubahmulaidaridirisendiri
#apayangditanamituyangakandituai
#nasibsaatiniadalahhasildariperbuatankitasendiri
#habityangbaikuntukmendapathasilyangbaik
#selfreminding

Berbisnis Nggak Cuma Modal materi

Berbisnis itu nggak cuma masalah modal materi dan skill, tapi lebih utama adalah masalah mental dan etos kerja. 

Banyak orang  punya modal dan skill cukup, tapi merasa berat menjalankan bisnis. Karena bisa jadi belum punya mental dan etos kerja yang kuat.

Harus disadari bahwa bisnis jangan hanya mikir adanya profit. Tapi juga kudu mikir adanya benefit. Belum profit itu biasa, jadi nggak usah patah semangat. Tetaplah istiqomah jalankan bisnis dengan strategi yang tepat. 

Sebelum profit didapat, berpikirlah bahwa dalam berbisnis kita pun harus mendapat benefit. Buatlah bisnis yang kita jalankan dapat menebar sebanyak2nya energi positif. 

Rencanakan berbisnis dengan mempunyai tujuan yang lebih bernilai. Agar kita pun mendapatkan manfaat keberkahan didalamnya, Aamiin, Insya Allaah. 

Happy Sunday, sahabat.. ☺

#bisnisitumasalahmental
#bisnisdengantujuankeberkahan
#profitdanbenefitdalambisnis
#istiqomahdalamberbisnis

PENGHASILAN KURANG, BENARKAH?



Pengalaman dari mengajar ilmu finansial planning di beberapa daerah di Indonesia. Baik korporasi, publik maupun UMKM. Ada pelajaran penting yang bisa dipetik. 

Sebagian besar peserta datang dalam kondisi galau, stress, bingung, dan dengan emosi2 negatif lainnya. Rata2 pokok masalah terbesar yang dialami adalah banyaknya hutang yang membuat mereka terbelit. Serta pengeluaran yang jauh lebih besar dari pendapatan (besar pasak daripada tiang). 

Sahabat, dari banyaknya peristiwa demikian, dan hampir merata di setiap daerah. Sepertinya perlu dilakukan peubahan mental finansial secara besar2an di negeri ini. Setidaknya seperti itu menurut saya 😀. 

Bagaimana tidak. Mereka mengeluh, stress, dan bingung bahkan marah. Atas sesuatu hal yang umumnya dibuat oleh diri sendiri. Ya, umumnya mereka berhutang rata2 untuk gaya hidup. Pengeluaran yang lebih besar dari penghasilan, juga karena gaya hidup. 

Lihatlah, betapa mudahnya saat ini mendapatkan barang konsumtif. Dengan iming2 cicilan mudah, hanya 0%, dan rayuan manis lainnya. Alhasil, dengan tanpa pikir panjang, sederet barang konsumtif sudah tertata rapi di kereta belanjaan. Atau dikirim langsung ke rumah. Yeeaay, ciamik lah pokoknya
😁😁. 

Senangnya punya barang baru. Pandang sana sini, belai sana sini. Dan pastinya membuat dimata sosial, kita 'terlihat' lebih sejahtera. Sampai, datanglah tagihan2 yang menjadi momok sebagian besar orang berhutang. Mulai dari tanggal muda sampai tanggal tua, berderet jatuh tempo pembayaran, tanpa jeda. 

Lucunya setelah itu, banyak yang mencari kambing hitam dari masalah yang terjadi. Mulai dari menyalahkan kantor yang kurang kasih gaji. Sampai salahkan tukang jualan di pasar, karena jual cabe dan sayurnya mahal semua. Hehehe 😁😁

Sahabat, yuuk kita pikirkan kembali berdasarkan peristiwa yang telah terjadi. Benarkah, penghasilan kita kurang? Benarkah perusahaan zalim pada karyawan? Benarkah barang2 kebutuhan yang terlalu mahal? Benarkah pemerintah kurang tanggap pada kesejahteraan rakyatnya? Benarkah? 

Atau jangan2... 
Bisa jadi, penghasilan kita sebenarnya lebih. Jika kita bisa mengaturnya. Memprioritaskan kebutuhan ketimbang keinginan. Bisa jadi, barang yang telah kita beli dengan berhutang itu, hanya sekedar memuaskan keinginan. Bisa jadi, jika kita bisa menahan nafsu belanja dan jalan2, kita pasti bisa menabung lebih banyak. Ya, bahkan kita bisa berinvestasi untuk masa depan kita. Bisa jadi. 

Itu terbukti, dari pengalaman melakukan private financial check up. Beberapa klien datang karena bermasalah hutang dan atau kelebihan pengeluaran. Setelah dicek selama kurang lebih 3 jam saja. Ternyata banyak dari mereka yang 'harusnya' bisa saving atau mempunyai kelebihan penghasilan. Mulai ratusan ribu hingga jutaan rupiah!! Waaaw.. 😱

Baiklah, sahabat. Mungkin sudah waktunya kita menata kehidupan. Menata keuangan, menata mindset. Menilai diri sendiri, secara obyektif, tanpa emosi. Lihatlah, apakah kita betul2 kekurangan. Atau jangan2 kita hanya 'merasa' kekurangan? 

Hati2 dengan berucap. Janganlah berkata tidak punya. Atau berkata hidup kita penuh kerugian, penuh kesulitan. Padahal keadaan ekonomi kita berlebih. Rumah ada, kendaraan ada, gaji ada, perhiasan punya. Hidup dengan berbagai fasilitas. Masih mampu berucap tidak punyakah? Kekurangankah? Merugikah? 

Bisa jadi, kita hidup sulit bukan karena kekurangan kita. Namun kita membuat standar hidup senang, pada batas KEINGINAN TANPA BATAS. Ya, keinginan! Bukan kebutuhan. 

Sedangkan nun jauh disana. Ada sebagian kecil manusia yang memang betul2 kekurangan. Bahkan untuk makan sehari2 pun tidak terpenuhi. Jadi, sekali lagi, yuk kita berpikir dengan jernih. Apakah kita benar2 kekurangan? 

Begitulah. Pengalaman ini, telah memberi banyak pembelajaran. Lebih fokus untuk menilai diri. Menilai bahwa kekurangan yang kita alami, bisa jadi hanya BIAS. 

Karena sesungguhnya, bisa jadi kita tidak kekurangan. Melainkan hanya RASA SYUKUR YANG HILANG, TAK TERUCAP...... 
Wallahualam

Salaam, 

Reni. K. Ashuri
Sharia Financial and Business Coach

#konsepbersyukur
#undesperatehousewifejurus2
#hartaadalahpokokperkaradiakhirat
#hartaadalahujian
#hartaadalahamanah
#hidupzuhud

Penentuan Harga yang Jelas saat Jual Beli



Sahabat, sering kita menggampangkan sesuatu saat bertransaksi. Contohnya adalah menganggap tidak penting untuk 'saklek' dalam menentukan harga. Biasanya hal ini terjadi pada transaksi jual beli antar teman, antar saudara, atau seseorang lainnya yang kita anggap dekat. Entah hal itu terjadi karena 'nggak enak hati' ('pekewuh' kalau orang Jawa bilang). Atau mungkin karena sedang terburu2 melanjutkan pekerjaan lainnya. 

"Okay, bro. Pokoknya aku jual nih barang ke kamu, ya. Soal harga, gampang, deh. Kita omongin nanti laah, santai bro.. ". Atau seperti ini: " Sis, aku jual baju ini ke kamu, nanti bayar boleh suka2 kamulah". Lalu kedua pihak penjual dan pembeli berpisah, sebelum harga ditentukan. 

Sahabat, ketahuilah. Bahwa salah satu bentuk jual beli yang diharamkan adalah karena mengandung GHARAR. Gharar dapat diartikan sebagai sesuatu yang tidak jelas/ketidakjelasan. Dan dalam akad jual beli, salah satu bentuk Gharar adalah penentuan harga  yang tidak jelas. 

Saat kita melakukan jual beli, maka wajib kita menentukan harga sejelas2nya di awal transaksi. Mulai dari jumlahnya, cara pembayarannya (tunai atau kredit), dan kapan waktu pembayarannya. 

Jika tidak terjadi kejelasan harga di awal transaksi, sampai penjual dan pembeli berpisah, maka jual beli tersebut menjadi tidak sah. Artinya barang tersebut belum berpindah kepemilikannya. Sehingga barang tersebut dapat dikatakan belum dimiliki oleh pembeli. Dimana pembeli tidak berhak menggunakan barang tsb. Dan akan haram hukumnya jika dijual kembali kepada pihak lain. 

Kemudian, dalam cara pembayaran juga harus jelas. Jika penjual memberikan 2 pilihan harga, tunai atau kredit. "Jika tunai harga sekian, kredit harga sekian". Maka pembeli wajib menentukannya. Mau tunai kah? Atau kreditkah? Tentukanlah pilihan saat bertransaksi, sebelum kedua belah pihak berpisah. 

"Oke, bro, saya akan pilih bayar cash, harga sekian, ya". Atau sebaliknya: "Siap, bro, saya pilih beli dengan cara kredit aja, harga sekian ya". 

Jika mereka bertransaksi, namun masih belum menentukan cara pembayaran mana yang mereka pilih, kemudian keduanya berpisah, maka jual beli tersebut menjadi Gharar. Karena mereka berpisah dengan adanya ketidakjelasan dalam harga. Dan hal ini tidak dibolehkan dalam syariat. 

Begitu pula dengan waktu pembayaran. Sering dijumpai transaksi yang tidak menentukan kapan barang tsb akan dibayar. Saat penjual berkata:  "Saya jual rumah ini kepada kamu, dan kamu boleh bayar saat kamu mampu". Hal ini juga mengandung ketidakjelasan, sehingga hal ini pun tidak dibolehkan. 

Tentukanlah waktu pembayarannya. Jika belum mampu membayar, lebih baik tidak membelinya. Atau mintalah tempo pembayaran dengan jangka panjang, hingga dirasa mampu untuk membayarnya. 

Kejelasan akan harga, adalah salah satu bentuk Gharar dalam akad jual beli. Masih ada lagi bentuk Gharar dalam jual beli. Yaitu ketidakjelasan pada objek transaksi. Insya Alloh akan kita bahas di lain waktu, ya, prens...

Sahabat, segala bentuk yang dilarang atau diharamkan oleh Alloh dalam akad jual beli, dikarenakan Alloh sayang kepada kita. Karena Alloh tidak menginginkan adanya pertikaian diantara kita. Oleh karena itulah dibuat rambu2 yang mengatur cara jual beli, agar tidak terjadi kezaliman diantara sesama manusia.

So, prens, tetaplah semangat dalam berbisnis. Raihlah keberkahan. Dapatkan keuntungan tidak hanya di dunia, melainkan juga di akhirat. Jangan lupa, berdoalah kepada Alloh, agar senantiasa dijaga hati kita untuk selalu berada di jalanNya. Aamiin Ya Robbal 'aalamiin. 

Wallahualam
Reni. K. Ashuri
Sharia Financial and Business Coach

#nahlacoachingfirm
#syaratsahjualbeli
#fikihmuamalah
#ekonomisyariah