Facebook

Tuesday, September 3, 2013

Karyawan Sebagai Bagian dari Kelas Menengah Indonesia



Kelas menengah Indonesia dapat dikatakan mengalami revolusi karena pertumbuhannya yang luar biasa. Selama kurun waktu 1999 sampai 2009 jumlah individu kelas menengah Indonesia telah melonjak hampir dua kali lipat. Temuan menarik itu adalah kenyataan bahwa pada tahun 2011 untuk pertama kalinya GDP per kapita (nominal) Indonesia menembus angka U$3,000. Data IMF (Internatinal Monetary Fund) memperlihatkan bahwa tahun 2010 GDP per kapita Indonesia sebesar U$2,963 dan pada tahun 2011 meningkat menjadi U$3,270.

Menurut Yuswohadi (2012) yang meneliti tentang kelas menengah Indonesia melalui lembaga riset CMCS (Center for Middle-Class Consumer Studies), individu kelas menengah Indonesia yang berlaku sebagai masyarakat konsumen dengan rentang pengeluaran U$2 sampai U$20 per hari, telah mencapai sekitar 134 juta orang atau sekitar 60% dari jumlah penduduk Indonesia saat ini, dan jumlah itu selalu bertambah 8 sampai 9 juta setiap tahunnya.

Termasuk dalam golongan kelas menengah adalah para karyawan, baik pegawai negri maupun pegawai swasta. Dimana karyawan mempunyai pendapatan yang pasti dan berada di atas untuk sekedar pemenuhan kebutuhan, sehingga mereka pun mempunyai daya beli yang cukup tinggi. Dengan rentang pengeluaran per hari yang cukup tinggi, golongan kelas menengah Indonesia dapat dikatakan memiliki daya beli yang tinggi pula. Hal ini menyebabkan masyarakat kelas menengah menjadi masyarakat konsumen yang cenderung hyper-konsumsi (konsumtif) dan tidak diimbangi oleh cara berfikir rasional dalam membelanjakan pendapatan. Sehingga banyak terjadi kasus pada masyarakat golongan ini yang terpuruk karena masalah ekonomi seperti hutang yang tidak dapat terbayar, tidak adanya dana darurat untuk kesehatan, tidak mempunyai tabungan untuk anak sekolah, dan lain-lain. Hal ini jelas akan menjadi suatu permasalahan yang serius bila terjadi di hampir seluruh lapisan masyarakat, dan akan berdampak pada pemiskinan masyarakat itu sendiri, yang otomatis bila berlarut-larut dibiarkan tanpa adanya penanganan yang baik, akan mempengaruhi perekonomian negara secara keseluruhan. Berdasarkan hasil penelitian, hanya 24% dari mereka yang dapat menyisihkan 20% dari penghasilan bulanannya, dan bahkan 12% mengaku tidak menyisakan penghasilannya untuk ditabung. 


Masalah keuangan timbul akibat dari sikap karyawan itu sendiri yang tidak dapat mengelola keuangan pribadi ketika masih memiliki kesempatan, waktu, dan daya yang besar selama bekerja diperusahaan tersebut untuk mengantisipasi segala risiko.