Ukuran penting dan tidak penting memang relatif.
Bagi seorang perokok, sebungkus rokok adalah bagian dari kebutuhan hidup
sebagaimana makan dan minum. Bagi orang tua, membelikan mainan buat anak adalah
hal penting demi kebahagiaan si Buah Hati. Bagi suami, Dan juga bagi seorang mahasiswa,
membeli external hard disc bukanlah
suatu pemborosan demi mengejar tesis yang sudah mendekati deadline.
Jadi, apa yang disebut tidak penting dan penting
itu? Sederhana saja. Jika barang tersebut tidak bisa kita miliki saat itu, maka
akan ada konsekuensi yang mengganggu pekerjaan atau hubungan kita dengan orang
lain. Misalnya, kalau anak tidak dibelikan mainan saat ia mendapat nilai bagus
di sekolah, maka bisa menjadi demotivasi untuk dirinya dan mempengaruhi prestasi belajarnya ke depan.
Maka membelikan mainan sebagai apresiasi merupakan keputusan bijak. Namun saat
jalan-jalan ke mal, lalu anak merengek-rengek minta beli mainan padahal
sebelumnya sudah dibelikan, maka itu termasuk berbelanja barang yang tidak
penting.
Membelikan hadiah untuk pasangan hidup sesekali dalam
setahun juga tidak termasuk pemborosan. Termasuk juga belanja baju lebaran
karena bagi sebagian orang, membeli baju baru pada momen berharga itu penting.
Jadi harus disesuaikan dengan kondisi dan alasan yang kuat kenapa harus membeli
benda tertentu pada saat tertentu.
Selain itu, unsur penting tidaknya suatu produk
juga dinilai dari urgensinya, apakah akan mempengaruhi kesehatan, operasional
keseharian, dan jiwa. Membeli helm sesuai standart keamanan, meski mahal, tidak
termasuk berbelanja yang tidak penting. Namun membeli tiga helm sekaligus
padahal motor hanya satu jelas merupakan pemborosan. Demikian juga dengan
membeli jaket yang motifnya disukai belum tentu menjadi barang yang tidak
penting kalau dimanfaatkan untuk mencegah tubuh dari penyakit akibat angin
malam.