Saat kita sedang senang, bahagia, berbunga2 dengan pasangan. Seakan2 dunia penuh cinta. Maka tak jarang saat itu banyak yang memposting suasana kebahagiaan itu. Tak ada yang salah memang. Namun ada yang menggelitik saat melihat postingan foto dengan tulisan : MENCINTAIMU KARENA ALLOH.
Ya, betul. Hal itu menjadi suatu pertanyaan yang menjadi perlu jawaban, perlu penjabaran, dan perlu pemahaman. Bagaimana 'mencintai karena Alloh' itu sebenarnya. Bagaimana prilaku nilai tersebut secara nyata.
Jika kita bahagia, atau lebih tepatnya dibahagiakan oleh pasangan. Dengan tercukupinya nafkah, materi dan kesetiaan yang sempurna. Serta pasangan selalu memberikan kejutan2 bahagia. Memanjakan dengan terpenuhinya segala keinginan. Dan selalu membisikkan kata2 manis. Yang seringkali kesemuanya itu dibalut perjalanan romantis keseluruh penjuru dunia. Tentu saja, sebagai pasangan akan merasa tersanjung. Semakin cinta dan bahagia. Seakan tak ingin waktu bersamanya berlalu.
Yang menjadi titik tanya adalah, apakah dengan kondisi bahagia diatas, seseorang menjadi bisa objektif menilai. Bahwa ia mencintai pasangannya karena Alloh. Atau, jangan2 sebenarnya ia mencintai pasangannya karena segala sesuatu yang berlimpah, yang saat itu diberikan? Dengan kata lain, karena kehidupan yang saat itu penuh kesempurnaan dunia? Entahlah. Semua akhirnya akan menjadi bias.
Lalu, bagaimana prilaku 'mencintai karena Alloh' itu sesungguhnya?
Bayangkanlah. Bagaimana jika pasangan yang sempurna tersebut, tiba-tiba tak bisa lagi memberikan semua kesempurnaan itu? Alloh Maha Kuasa. Alloh Maha Berkehendak. Jika Alloh ingin menguji kekuatan cinta hamba kepada-Nya, maka bisa saja dibaliklah segala kesempurnaan itu. Dengan segala kehidupan yang sempit di dunia.
Ya. Saat pasangan tak lagi sanggup menjalankan kewajiban. Jatuh terpuruk, tak sanggup menafkahi. Apalagi untuk memenuhi segala keinginan. Bahkan ia justru mulai melakukan kezaliman. Menyakiti lahir batin secara terus menerus. Namun saat itu tak ada pilihan selain tetap bertahan. Demi alasan apapun yang menjadi pilihan.
Maka, bisakah kita kemudian memaafkan. Bisakah kita kemudian tetap bertahan. Bisakah kita kemudian tetap mendampingi. Atau bahkan bisakah kita kemudian justru mensupportnya, mendukungnya. Mungkin dengan sebuah tujuan dan harapan, bahwa pasangan akan kembali kejalan yang benar. Selalu berharap agar itu masih bisa.
Bisakah saat itu kita menjadi ikhlas. Menjalankan kewajiban untuk tetap memberikan haknya. Setelah semua hal kezaliman yang telah bahkan masih terus dilakukannya?
Bisakah? Sanggupkah?
Saat itu hati dan pikiran kita dituntut untuk selalu positif. Selalu ikhlas walaupun itu tak mudah. Tetap menjalankan tanggung jawab walaupun itu bisa jadi menyakitkan. Tetap sabar walaupun tahu, bahwa itu tak mungkin sempurna.
Dan, semua hal ini kita tetap lakukan. Semata2 untuk mendapatkan ridho Alloh. Menjadikan ujian dan kezaliman yang tak henti2 itu, sebagai ladang ibadah kepada Alloh. Menjadikan semua kesakitan itu, sebagai sumber ridho Alloh menuju surgaNya.
Bisakah? Sanggupkah?
Karena bisa jadi sebaliknya. Saat seorang hamba benar-benar mencintai karena Alloh. Hal itu justru tak sanggup terucap dari bibirnya. Tak sanggup ia mengeluarkan kata itu dari mulutnya. Apalagi terpikir untuk memperlihatkan rasa itu, di media yang semua orang menjadi tahu.
Dan pada kenyataannya, bisa jadi saat benar-benar mencintai karena Alloh, segala rasa itu hanya menjadi himpitan dalam dadanya. Yang terus menerus sesakkan dada, hingga tak sadar airmatanya akan mengalir. Tanda kepasrahan kepadaNya.
So, kembali lagi. Saat rasa 'mencintai karena Alloh' itu terucap, terpampang nyata dan bahkan tergembar gembor. Maka pertanyaannya, apakah benar-benar rasa itu karena Alloh. Ataukah hanya karena kebahagiaan dunia sesaat, yang sedang membuncah semata?
Maka bagaimana perilaku nilai 'mencintai karena Alloh' itu sesungguhnya. Sejatinya semua itu kembali kepada keyakinan masing2 diri manusia. Ya. Semua jawaban ada di tiap hati seorang hamba.
Sesungguhnya Alloh akan tahu, jawaban sebenar2nya setiap nurani manusia. Karena sungguh, Alloh Maha Mengetahui atas segala sesuatu.
Salam Jumat penuh berkah.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala selalu memberikan kita kekuatan. Untuk istiqomah dalam menjaga setiap niat kebaikan. Aamiin Ya Robbal 'aalamiin.
Wallahu'alam.
Wassalamualaikum,
Reni.K. Ashuri
Sharia Financial & Business Coach
0 Comments:
Post a Comment