lampost.com |
Selain gaji, hal yang paling ditunggu oleh para
karyawan kantoran dan PNS adalah THR menjelang lebaran. Nilainya yang sama
dengan gaji, dan membuat seseorang memiliki gaji dua kali setiap Idul Fitri,
adalah alasan mengapa setiap menjelang akhir bulan Ramadhan karyawan selalu
terlihat sumringah. Kegembiraan ini
ternyata tidak diikuti dengan kecakapan dalam mengolah THR menjadi produktif.
Karyawan cenderung menghabiskan untuk hal-hal yang konsumtif dan jangka pendek,
seperti membeli baju baru, tiket transportasi mudik, oleh-oleh buat keluarga,
angpau untuk keponakan, atau bahkan gadget buat dipamer di kampung halaman.
Tidak terbersit sedikit pun untuk menyimpannya sebagai dana produktif selama
satu tahun ke depan. Disarankan THR tidak dihabiskan saat hari raya,
melainkan juga dimasukkan sebagai pendapatan tahunan yang dapat digunakan
sebagai investasi masa depan. Contohnya, keperluan hari raya dibudgetkan
maksimal 50% dari total THR, sisanya
dimasukkan dalam instrument investasi untuk masa depan.
Sudah saatnya
kita berfikir bahwa hari raya bukan sebagai hari “pamer” sedunia, melainkan
dikembalikan kepada nilai aslinya, yaitu sebagai ungkapan rasa syukur bahwa
kita telah menjalankan ibadah puasa dengan baik dan lancar, sehat tanpa kendala
yang berarti. Rasa syukur itu hendaknya dilakukan dengan berbagi kepada yang
membutuhkan, member kepada yang berhak. Membelikan sesuatu kepada anak, diri
sendiri ataupun keluarga memang sesuatu yang dibolehkan, namun jika sesuatu itu
menjadi berlebihan akan menghapus segala kebaikan yang kita niatkan.