Facebook

Saturday, March 1, 2014

Budaya Konsumtif Masyarakat Post Modern (bagian 2)


Terjadinya dikotomi budaya dan agama dalam mayarakat post modern tidak dapat kita elakkan, karena pengaruh faham kapitalisme lanjut yang sangat gencar dalam menanamkan visi dan misinya. Dan dalam hal ini, nilai-nilai agama dalam individu masyarakat dinilai tidak kuat untuk membentengi diri dari serangan faham kapitalisme tersebut yang jelas bertentangan dengan falsafah ekonomi Islam, yang mengutamakan nilai-nilai tauhid, syariah, dan akhlaq dalam berprilaku ekonomi.


Budaya yang menyangkut sistem penyelenggaraan negara juga tidak luput dari dikotomi antara sistem budaya pengaturan negara dan nilai-nilai agama. Pengaturan negara pun tidak luput dari pengaruh sistem kapitalis. Budaya sebagai norma aturan bagi penyelenggaraan di negeri ini telah didasarkan pada komersialisme di segala bidang, yaitu dengan terjadinya pengambilan keuntungan sebesar-besarnya dari pengolahan sumber daya alam milik negara, dimana keuntungan tersebut lebih diutamakan untuk para penguasa negara dan segelintir orang dibandingkan dengan kepentingan ummat

Maka dapat kita simpulkan bahwa Islam bukanlah sekadar agama yang membangun spiritual sesuatu masyrakat, Islam tidak cukup dengan menjalankan solat lima waktu, puasa, zakat dan Haji. Pandangan yang sempit terhadap Islam adalah hasil sekularisasi, dengan tidak disedari telah merasuk kedalam pemikiran ummat Islam.

Lebih daripada itu Islam adalah cara hidup (way of life). Agama Islam memberi jawapan kepada pertanyaan abadi  kehidupan (eternal question of life) pertanyaan tersebut adalah darimanakah asal-usul manusia? Kemanakah mereka akan pergi dan apakah arti kehidupan ini?. Islam telah  memberikan jawapan kepada persoalan tersebut dengan jelas. Bahkan menyediakan jalan bagaimana manusia harus hidup agar mereka tidak sia-sia dan sesat dengan menerangkan bahwa satu-satunya cara untuk selamat adalah dengan menuju kearah al-sirat al-mustaqim (jalan yang lurus)

Selain membangun insan yang bermoral Islam juga membangun tamadun yang luhur, Islam tidak sepatutnya dipisahkan dari nilai-nilai budaya, politik dan kemasyarakatan. Manusia sebagai khalifah berfungsi untuk memastikan hukum Syari’at Allah berlaku di bumi ini. Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa nabi sendiri membangun sebuah negara dan mengatur sistem kemasyarakatan (sosial order). Bahkan sebenarnya Islam tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya tanpa tegaknya negara Islam yang bertanggungjawab melaksanakan Syari’at Allah.

Konsep Ibadah dalam Islam jauh lebih luas daripada apa yang dinamakan sembahyang dalam sesuatu agama. Worship atau  sembahyang tidak dapat disamakan dengan ibadah. Ibadah sepertimana yang dijelaskan oleh Ibnu Taimiyyah adalah istilah yang merangkumi segal perbuatan yang disenangi dan diridhai Allah SWT. Ibadah dapat terlaksana dengan mematuhi segala apa yang diperintahkan Allah. Dengan kata lain Ibadah merupakan gambaran yang menyeluruh daripada agama (ad-din). Ibadah disini adalah segala perbuatan yang harus dilakukan oleh manusia dalam hidupnya, dalam hal ini adalah gaya hidup sebagai penciptaan kebudayaan manusia itu sendiri.

Kembalinya kesadaran umat muslim untuk menjadikan kebudayaan yang mengandung filosofi Islam dianggap sebagai solusi terbaik untuk membentengi diri, masyarakat, pemerintah dan generasi mendatang agar tidak ikut terjebak dalam budaya kapitalis yang jauh dari nilai-nilai agama Islam. 


0 Comments:

Post a Comment